Posted by Desinta Wp | File under :
Sudah beberapa hari ini pengen baca-baca ebook lagi, tapi bingung mo baca apa. Mo nerusin baca Laskar Pelangi tapi sedang nggak mood. Jujur aku agak bosen baca bagian akhir LP, yang menurutku bahasanya terlalu dewasa untuk ukuran anak SD seperti Ikal. Maap ya Bang Andrea Hirata dan semua penggemar LP. Itu cuma menurutku kok, yang notabene sama sekali nggak berkompeten untuk menilai dan mengkritisi sebuah novel xexe. Makanya aku juga belum nerusin membaca yang Edensor, Sang Pemimpi apalagi Maryamah Karpov karena bagian pertamanya saja belum selesai. Yang Edensor dan Sang Pemimpi sebenarnya juga sudah membaca, tapi juga belum sampai benar-benar tamat. Padahal saat ini aku sudah download tetralogi Laskar Pelangi secara lengkap, cuma menunggu waktu luang dan mood untuk membacanya.
Jujur saat ini sebenarnya aku lagi kangen membaca novel Dan Brown lagi. Tapi sayang, sepertinya ebook novel Dan Brown yang sudah beredar di pasaran baru empat, dan kesemuanya itu sudah tuntas kubaca. Mulai dari Da Vinci Code, Angels and Demons, Deception Point sampai Digital Fortress. Meskipun hampir semua novel Dan Brown mempunyai ciri khas yang sama, tapi membacanya tetap membuat kita penasaran dan menebak-nebak ending seperti apa yang telah disiapkannya. Dan setelah membaca tiga novel Dan Brown, aku mulai bisa melihat arah cerita novelnya. Selain kejadiannya selalu berlangsung dalam waktu satu hari (biasanya dari subuh hingga malam), penjahat atau tokoh antagonisnya pun biasanya adalah seseorang yang berkuasa, dekat dengan tokoh protagonis dan pada awal-awal cerita terlihat sebagai orang baik-baik. Bisa di bilang sebenarnya dia memang orang baik, hanya ada alasan tertentu yang membuatnya jadi berbuat jahat. Begitulah. Saat membaca novel terakhir yang Digital Fortress kemarin, aku pun sudah bisa menebak siapa yang kira-kira nanti menjadi tersangka, cuma tidak bisa menebak alasan tokoh tersebut melakukannya.

Ngomong-ngomong soal ciri khas, dulu saat membaca-baca lagi tulisanku, aku baru sadar kalau tulisanku pun mempunyai beberapa kesamaan. Dari ketiga cerpenku yang pernah dimuat Minggu Pagi, ada sebuah kesamaan yang sangat mencolok, yaitu adanya alur flash back yang kutampilkan dalam bentuk dialog dengan orang lain. Padahal aku sama sekali tidak merasa sengaja membuat kesamaan tersebut. Aku pun menjadi sadar, masing-masing orang hadir dengan ciri khasnya sendiri, dan hal itu muncul begitu saja tanpa disadari. Bisa jadi Dan Brown pun tidak sepenuhnya sengaja saat menyelipkan beberapa kesamaan dan ciri khas dalam novelnya, meskipun bisa juga hal itu sengaja dilakukan untuk membuat karya-karyanya khas dan Dan Brown banget xexe. Tapi kesamaan yang terlalu sering pada beberapa karya menurutku lama-lama bisa membuat kita jenuh juga membacanya.

Sekali lagi maaf, ini cuma pendapat dari seseorang yang sama sekali tidak berkompeten dalam menilai dan mengkritisi sebuah novel lho... ^^

0 comments:

Post a Comment